-->

“MEMBUNUH” TUHAN

“MEMBUNUH” TUHAN


            Seandainya Tuhan itu satu mengapa mesti harus banyak agama yang ada di pentas hidup ini ? bukankah setiap agama punya Tuhan masing-masing yang penyebutan namanya pun berbeda-beda, lalu apakah Tuhan si polan beda dengan Tuhannya Ente atau beda dengan Tuhan anda ? ataukah sebuah keniscayaan kita mesti harus melakukan pengklaiman untuk menguasai Tuhan ? jangan-jangan dengan banyaknya Tuhan membuat kita pusing untuk berpihak atau malah menyebabkan kita salah memilih Tuhan diantara tuhan, atau mungkin kalau bisa berandai, Tuhan bukan seperti yang kita persepsikan, tidak seperti apa yang  ada dalam benak kita. Bukankah kalau Tuhan seperti apa yang kita persepsikan, maka Nietzche dan Marx barangkali benar bahwa Tuhan sebenarnya adalah ciptaan manusia, karena adanya keterbelahan diri pada manusia yang tidak yakin dengan potensi kemanusiannya yang luar biasa, sehingga manusia lalu menciptakan dalam khayalnya tentang sosok yang punya kekuatan yang menguasai hidup manusia yang dinamakan Tuhan, dan masih menurut mereka orang-orang seperti itu adalah manusia lemah.
            Jikalau kita berangkat dengan pahaman bahwa Tuhan itu ada, maka sekedar sentilan pertanyaan, Apakah Tuhan yang kita yakini sebagai pencipta itu sudah benar-benar Tuhan, jangan sampai seperti yang ‘disentil’ oleh Tuhan dalam firmannya yang kurang lebih bahwa “ Aku adalah seperti apa yang dipersangkakan oleh hambaku tapi Aku tidak seperti yang dipersangkakan itu ‘ , lalu bagaimana kemudian kita terlalu berani mengatakan bahwa tuhan kita, seperti Tuhan yang tidak terdistorsi oleh persepsi pahaman kita. Mohon maaf ini bukan provokasi bahwa kita telah salah ‘mengenal’ Tuhan , tetapi hanya sekedar mengingatkan agar kita tidak anti kritik dalam ber-Tuhan, dengan begitu akan memberi kearifan pada diri kita untuk tidak begitu saja ‘mengkafirkan’ orang lain, toh jangan sampai mereka lebih ber-Tuhan dari kita.
            Era modern sekarang ini nampaknya menjadi sebuah masa yang membeleggu Tuhan, mengapa ?  karena manusia modern toh hanya memasang tuhan sebagai simbol yang patut disembah tapi ternyata Tuhan yang disembah oleh manusia modern itu bisa berwujud uang , jabatan, harta, kesenangan, surga, dan Tuhan yang mungkin ada dalam persepsi kita, Tuhan buatan kita dalam benak atau pun keyakinan buta. Dalam konteks lain Tuhan pun sering dijual dengan harga yang sangat murah dan celakanya itu dilakukan oleh orang yang mengaku sok suci yang dekat dengan Tuhan, kalau begitu wajarkah kita menjual Tuhan untuk kepentingan diri hanya lantaran karena merasa dekat dengan Tuhan atau pun karena legitimasi struktur keagamaan. Wajar dong, saya menggugat sebab Tuhan tidak pernah memberi ‘mandat’ apalagi untuk ‘dijual’. Dipentas lain, coba anda lihat politikus pada setiap kampanye mengutip Firman Tuhanlah, tablik akbarlah, lalu adilkah Tuhan ketika Ia bersama dengan sorak gembira dengan brutal menyebut-Nya, sementara Tuhan ‘ogah’ bersama jutaan orang miskin yang menjerit dan orang lemah yang teraniaya dalam penindasan ? bagus kalau dalam pesta politik yang berlabel keagamaan yang hadir berusaha menghadirkan tuhan dalam hati mereka, tetapi paling banter Tuhan hanya dijadikan ‘alat’ , untuk apa ? toh untuk kekuasaan, wajar kan kita curiga ? Tuhan saja ‘dijual’ apalagi kita rakyat kecil bodoh lagi. Fenomena lain yang tak kalah ironisnya adalah menggunakan legitimasi Tuhan untuk melakukan pembunuhan terhadap sesama manusia, lihat tragedi yang terjadi ditanah air pasti selalu diselimuti karena faktor Tuhan yang berbeda, lebih-lebih orang yang merasa tahu agama menyerukan saling membunuh atas nama kesucian Tuhan, Apa Tuhan tidak murka jika di jadikan alat untuk saling bunuh, Kalu begitu Tuhan manusia terutama Tuhannya orang Indonesia itu sangat kejam, ataukah Tuhan kita memang senang bersandiwara dan menonton dagelan pembantaian ? Tapi saya curiga Tuhan hanya dijadikan tumbal oleh manusia yang mengaku berTuhan, sungguh kasihan, sebab Tuhan yang seperti itu harus kita musnahkan atau kita ‘bunuh’ karena sangat berbahaya, padahal Tuhan tak bersalah, kitalah yang bersalah.

            Sangat angkuh ketika mesti ‘membunuh’ Tuhan, karena Tuhan yang sejati tak kan pernah mati, ‘Ia tak berawal dan tak berakhir’ walau mungkin Tuhan akan musnah dalam hidup manusia, Lalu salahkah jika kita ‘membunuh’ Tuhan ? Tuhan yang tenyata berwujud uang, jabatan, surga, Tuhan yang senang pembantaian, Tuhan yang enggak murka ketika ‘dijual’, atau Tuhan yang ada dalam benak dan persepsi kita. Bukankah Tuhan juga melakukan pembunuhan pada Tuhan ketika berkata ‘Tiada Tuhan selain Allah !   lalu pertanyaan tersisa kalau kita ‘bunuh’ Tuhan bagaimana caranya ? adakah setelah itu kita mampu ‘melebur’ dengan Tuhan  sang Maha pencipta dalam zat yang tak terpisah ?  mungkin tak salah bahwa Tuhan itu banyak, lalu tidak salahkah kita dalam ber-Tuhan ?
>

Share this: